cerpen cinta dan persahabatan | contoh cerpen

Cerpen cinta di bawah ini bisa dibilang artikel titipan dari salah satu teman, dan yang menarik dari cerpen tentang cinta ini adalah cerita dari cerpen cinta ini diangkat dari kisah nyata karena itu cerpen cinta ini saya jadikan artikel pertama pada kumpulan cerpen cinta dan persahabatan. Untuk artikel cerpen berikutnya insyaAllah akan menyusul dan tidak hanya cerpen tentang cinta dan persahabatan, namun juga cerpen kehidupan dan cerpen-cerpen dengan tema lainnya.

Cerpen Cinta

HATIKU DI"TOLAK MARIANA
        Aku berhenti menulis, aku lelah. Entah kenapa aku kembali merasa ditembus ribuan peluru, aku seperti terbang dan kemudian terhempas jatuh ketanah. Entahlah, seperti inikan rindu?,rindu akan seseorang yg tak mungkin ada didepanku, seseorang yg namanya telah ku pendam didasar hatiku
.
         Ana menjadi sosok wanita impianku, aku yg terbiasa sendiri diajaknya menikmati kebersamaan, bersama itu nyaman, katanya padaku sambil tersenyum manis dan membuat ku tanpa sadar ikut pula tersenyum. Semua tentang ana mampu membuat jantungku berdebar kencang, apa ini yg dinamakan cinta???.

        Ana sudah punya pacar, aku menyangkal,dalam bentuk apapun jelmaan dirimu yg masih saja tinggal disudut otakku, aku mengoreknya agar ia mau kluar, tapi tetap saja aku sia-sia, hal sama yg sedari dulu ku lakukan, sejak setahun yg lalu. Jika sempat aku menghitung berapa kali aku menyangkal, berapa kali aku menghindar, berapa kali aku menipu diriku sendiri, dan berapa kali aku mencoba menjauh, tapi pada akhirnya aku kalah dalam pertarungan tak tertulis ini. Mengalah pada perasaan bodoh ini, mengaku malu pada langit sepi yg berkali-kali menertawakan kegagalanku.

        Aku mengenal Ana, mengenalnya sebagai teman dekat. Tunggu dulu, apa tadi?  teman dekat?, bahkan aku pun tak tau apa Ana akan mengakuiku sebagai teman dekatnya juga. Aku dan Ana memang terlihat dekat, tapi hanya kalimat-kalimat canda tawa yg mengenalkan kita. Bergurau, apapun itu, leluconnya, semua tentang Ana masih terselip diotakku.

        Itu dulu, sebelum pada akhirnya kita memilih meninggalkan lingkaran-lingkaran itu, dan aku selalu merindukan semua, Ana dan leluconnya, Ana dan bawelnya, Ana dan marahnya, hah,,, semua hanya tinggal kenangan.

        Beberapa bulan berlalu, dengan rindu yg kian menggebu, membeku dalam hati, menyerangku seperti ribuan pedang menyayat kulit, sakit,,, sakit sekali aku rasakan rindu yg tak bisa aku luapkan ini. Aku benci keadaan ini, dimana tidak ada lagi orang yg menyebutku pemarah.

        Gerimis kini telah berevolusi menjadi hujan, airnya sebesar biji jagung menghantam atap kamarku, berderu-deru. Aku berdiri dibalik jendela, menatap jauh keluar sana, sepi,,, hanya suara hujan dan katak membentuk ritme bernada sumbang.

        Sepertinya ada pemberitahuan masuk, langsung saja ku ambil hp diatas tempat tidurku. oh,,, twitter. Aku terkejut, aliran darahku seperti terhenti, rasa senang, bingung, membuatku tak mampu berfikir harus bagai mana.Ingatanku kembali kemasa beberapa bulan yang lalu, malam itu aku menunggu Ana disebuah acara, duduk sendiri tanpa peduli ramai khalayak di sekelilingku, berharap bertemu dan bicara beberapa kata, tapi semua diluar dugaan. Ana datang bersama pria di sampingnya, ku hampiri saja dia, tapi,,, ya sudahlah, aku tidak ingin lagi mengingat kejadian malam itu, kejadian yang sangat tidak aku inginkan, kejadian yang sangat diluar dugaan, kejadian yang membuat raga ini seperti dicambuk ribuan kali, kejadian yg membuatku tidak ingin menggubris apa yang aku trima di twitterku, sebuah mention dari Ana.

          Hari berganti, aku belajar melewati, mencoba mengganti kenangan lama dengan kenangan baru, bercerita dan menyimpan semua kenangan lamaku di twitter, bukan di otak, tapi justru itu yang membuka pintu memory lama. Aku semakin benci keadaan ini, keadaan yang memaksaku mengulang masa masa indah bersama Ana dulu, ya,,, melepaskan rinduku kepadanya, bercanda, tertawa, juga sedih dan air mata menjadi saksi bisu kebersamaanku bersamanya, kebersamaan yang seharusnya membuatku bahagia, kebersamaan yang ku harap selamanya, kebersamaan yang membuatku takut, kebersamaan yg hanya menunggu waktu untuk berakhir lagi.

       
Aku bodoh, pura pura bodoh, atau di bodoh bodohi. Entahlah,,,  tapi terkadang cinta membuatku tidak mampu berfikir rasional, membutakan mata, bahkan mematahkan sendi sendi yang biasanya tegak berdiri, sampai pada akhirnya aku memilih pergi...

          Terimakasih "Ana", mengajariku sabar dalam menunggu, ikhlas dalam memberi...


Terimakasih atas kunjungannya dan membaca cerpen di atas, baca juga artikel lainnya terkait seputar cinta di kata kata cinta romantis

Related Posts: